Senin, 04 Juni 2012

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA

Tidak seperti biasanya, tiba-tiba saja ada siswa yang mendapat nilai
matematika yang jauh di bawah nilai rata-rata teman sekelasnya. Orang tua
yang tidak menerima kenyataan ini lalu memeriksa pekerjaan anaknya. Mereka
kaget ketika mengetahui sang guru menyalahkan beberapa pekerjaan anaknya
yang benar seperti: 2,3 + 3,01 = 5,31 dan ½ + 1/3 = 5/6. Ternyata, setelah
diselidiki lebih lanjut oleh orang tuanya, si anak salah menulis soal karena ia
memiliki sedikit kekurangan pada organ matanya. Yang seharusnya 3,91
ditulisnya 3,01 dan 1/5 ditulis 1/3. Sang guru menyalahkan pekerjaan tersebut
karena ia hanya terpaku pada kunci jawaban. Setelah sang anak diberi
kacamata, ia tidak salah lagi menulis soal dan nilai matematikanya menjadi baik.
Contoh ini menunjukkan bahwa penglihatan yang kurang baik dapat menjadi
salah satu penyebab kesulitan belajar siswa. Dalam hal ini tulisan maupun
peragaan guru kurang bisa dilihat sehingga informasi guru tidak sampai dengan
sempurna.
Setiap guru mendambakan para siswanya dapat belajar dengan baik.
Namun kenyataannya tidaklah demikian. Sehingga guru mungkin pernah
menemui atau mengalami beberapa siswa yang selalu membikin ulah, selalu
mengacau, rendah diri, malas, lambat menghafal, ataupun membenci mata
pelajaran IPA, Matematika, ataupun Bahasa Inggris. Di sisi lain ada siswa yang
biasa ceria tetapi dengan tiba-tiba saja menjadi murung dan malas belajar.
Pertanyaan yang mungkin muncul adalah, mengapa hal seperti itu dapat terjadi?
Kenyataan-kenyataan ini menunjukkan bahwa siswa dapat mengalami hal-hal
yang menyebabkan ia tidak dapat belajar atau melakukan kegiatan selama
proses pembelajaran sedang berlangsung. Mungkin juga, si siswa dapat belajar
atau melakukan kegiatan selama proses pembelajaran sedang berlangsung,
namun tidak maksimal. Faktor penyebabnya dapat berasal dari dalam diri si anak
sendiri dan dapat juga dari luar. Pada contoh pertama, seorang anak mengalami
2 hambatan belajar yang disebabkan oleh faktor penglihatan yang kurang baik,
sedangkan pada contoh kedua, hambatan belajar tersebut lebih disebabkan oleh
faktor kejiwaan pada diri anak tersbut. Para ahli seperti Cooney, Davis &
Henderson (1975) telah mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan
tersebut, di antaranya:

Sabtu, 02 Juni 2012

arti dan pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia

Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk 275 juta penduduk Indonesia”
Sebelum kita membahas topik ini lebih jauh lagi saya akan memberikan data dan fakta berikut:
  • 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
  • 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
  • 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
  • Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Sumber : Litbang Kompas
Kini setelah membaca fakta diatas, apa yang ada dipikran anda? Cobalah melihat lebih ke atas sedikit, lebih tepatnya judul artikel ini. Yah, itu adalah usulan saya untuk beberapa kasus yang membuat hati di dada kita “terhentak” membaca kelakuan para pejabat Negara.
Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.

Bayangkan apa persaingan yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan good character.
Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient.
Bagaimana dengan bangsa kita? Bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang sedang duduk dikursi penting pemerintahan negara ini dan yang duduk di kursi penting yang mengelola roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah menunjukan kualitas karakter yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita percaya, kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan dengan baik atau justru sebaliknya?
Dari sudut pandang psikologis, saya melihat terjadi penurunan kulaitas “usia psikologis” pada anak yang berusia 21 tahun pada tahun 20011, dengan anak yang berumur 21 pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 atau 11 tahun. Maaf jika ini mengejutkan dan menyakitkan.